ASKEP DEMAM
TYPHOID
A.
KONSEP PENYAKIT
1.
Pengertian
Demam typoid adalah suatu penyakit infeksi pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik
yang disebabkan oleh salmonella typhosa.(Mansjoer, Arif M. 2008). Typoid atau
tifus abdominalis adalah penyakit infeksi hebat yang diawali di selaput lendir
usus dan jika tidak diobati secara progresif menyerbu jaringan diseluruh
tubuh.(Tambayong, 2000). Demam typoid adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7
hari, gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran.(Wulandari, 2008)
Dari beberapa pengertian tersebut diatas maka penulis
dapat menarik kesimpulan bahwa typoid adalah suatu penyakit infeksi akut pada
usus yang disebabkan oleh salmonella typhosa dengan gejala sistemik seperti
demam yang dialami lebih dari 7 hari dan gangguan saluran pencernaan dengan
atau tanpa gangguan kesadaran.
2.
Anatomi Fisiologi
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang
menerima makanan dari luar dan mempersiapkan untuk diserap oleh tubuh dengan
jalan proses pencernaan (pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim
dan zat cair yang terbentang mulai dari mulut sampai anus (Syaifuddin, 2006).
Susunan
saluran pencernaan terdiri dari:
a.
Oris / mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri
atas 2 bagian yaitu bagian luar yang sempit atau vestibula; yaitu ruang
diantara gusi, gigi, bibir dan pipi, dan bagian rongga mulut bagian dalam yang
bersambung dengan faring. Didalam rongga mulut terdapat geligi, kelenjar ludah
dan lidah (Syaifuddin, 2006).
b.
Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan kerongkongan (esofagus). Didalam lengkung faring terdapat tonsil. Faring
dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu: bagian superior (nasoparing), bagian media
(oroparing) dan bagian inferior (laringoparing).Menelan, jalan udara dan jalan
makanan pada faring terjadi penyilangan(Syaifuddin, 2006)
c.
Esofagus
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan faring
dengan lambung, panjangnya kurang lebih 25 cm. Esofagus terletak dibelakang
trakea dan didepan tulang punggung, setelah melalui thoraks menembus diafragma
masuk kedalam abdomen menyambung dengan lambung (Syaifuddin, 2006).
Esofagus berfungsi untuk menyalurkan makanan dari faring
ke lambung, gerakan diatur secara khusus, yaitu:
1)
Peristaltik primer:
kelanjutan gelombang peristaltik dari faring menyebar ke esofagus dihantarkan
ke ujung esofagus dengan posisi tegak lurus.
2)
Peristaltik
sekunder: dihasilkan dari peregangan esofagus oleh makanan yang tertahan dan
berlanjut sampai makanan dikosongkan kedalam lambung.
d.
Lambung (gaster)
Lambung
atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama di daerah epigaster.
Fungsi
lambung adalah:
1)
Menampung makanan,
menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik.
2)
Getah cerna lambung
yang dihasilkan :
e.
Usus halus
Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan
yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum panjangnya kurang lebih 6
m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil
pencernaan. Usus halus terdiri dari duodenum, jejenum dan ileum (Syaifuddin,
2006).
f.
Usus besar
Usus besar panjangnya kurang lebih 1 ½ m. Fungsi usus
besar adalah menyerap air dari makanan, tempat tinggal bakteri koli dan tempat
feses.
g.
Anus
Anus
adalah bagian luar dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan
dunia luar.(Syaifuddin, 2006)
3.
Etiologi
Demam typoid disebabkan oleh salmonella typhi, basil gram
negatif. Bergerak dengan rambut gentar tidak berspora mempunyai sekurangnya
empat macam antigen O (somatik), H (flagela), Vi dan protein membran hialin.
4.
Patofisiologi
Salmonella typhi masuk tubuh manusia melalui makanan dan
air yang tercemar. Sebagian kedalam kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan
sebagian lagi masuk kedalam usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak
peyeri di ileum terminalis. Kemudian masuk kedalam aliran darah (bakterimia).
Kuman salmonella typhi bersarang di plak peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian
lain. Endotoksin salmonella typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada
jaringan tempat kuman tersebut berkembang biak, dan merangsang sisntesis dan
pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang sehingga terjadi
demam (Elisabeth C J, 2009)
5.
Manifestasi klinik
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada
umumnya adalah 10-12 hari.Gejala-gejala yang timbul bervariasi, dalam minggu
pertama timbul gejala umumnya seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut,
batuk dan epistaksis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan peningkatan suhu
tubuh. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam,
bradikardi relatif, lidah putih ( kotor ditengah, tepi dan ujung merah dan
tremor), hepatomegali, splenomegali, meteorismus, gangguan kesadaran berupa
somnolen sampai koma.
6.
Gambaran
laboratorik.
a.
Pemeriksaan darah tepi
terdapat gambaran leukopenia limfedenotosis relatif dan eosinofilia pada permulaan
sakit, mungkin terdapat anemia dan trombositopenia yang ringan.
b.
Biakan empedu
salmonella typosa dapat ditemukan dalam darah penderita biasanya pada minggu
pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urine dan faeces.
c.
Pemeriksaan widal yaitu
suatu reaksi aglutinasi antara gen dan antibody. Pemeriksaan dikatakan positif
bila titer aglutinin O 1/200 atau lebih atau kenaikan yang progresif.
Adapula keadaan
lain yang menyebabkan reaksi widal positif yaitu karena imunisasi alamiah
karena infeksi sub klinik.
7.
Komplikasi.
a.
Usus halus, umumnya
jarang terjadi akan tetapi sering total yaitu :
1)
Perdarahan usus, bila
perdarahan hanya sedikit ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Jika perdarahan banyak terjadi melena, dapat disertai nyeri perut
dengan tanda-tanda renjatan.
2)
Perporasi usus, timbul
biasanya pada minggu ketiga atau setelah itu terjadi pada bagian distal ileum.
Perporasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat
udara di rongga peritoneum. Yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara di
antara hati dan diafragma pada foto abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
3)
Peritonitis,
biasanya menyertai perforasi tetapi
dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri
perut yang hebat, dinding abdomen tegang dan nyeri tekan.
b.
Komplikasi luar usus terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis
meningitis, kolesistisis, encepalopati dan lain-lain. Terjadi karena infeksi
sekunder yaitu : bronkopneumonia.
8.
Penatalaksanaan
a.
Pemberian
antibiotik, untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman. Antibiotik
yang digunakan:
1)
Cloramfenikol;
dosis hari pertama 4 x250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan selama demam
dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 4 x
250 mg selama 5 hari kemudian.
2)
Ampicillin /
amokcycillin; dosis 50-150 mg/kg BB diberikan selama 2 minggu.
3)
Cotrimoksasole
syrup diberikan selama 2 minggu
b.
Perawatan
profesional dan istirahat, bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang
lebih selama 14 hari. Mobilisasi dilakukan bertahap sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien. Dalam perawatan perlu dijaga higiene perseorangan, tempat
tidur, pakaian dan peralatan. Pasien dengan kesadaran menurun posisi perlu
diubah untuk mencegah dekubitus dan pneumonia.
c.
Diet; pertama
pasien diberi diet bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai
tingkat kesembuhan pasien. Pemberian vitamin dan mineral juga diperlukan untuk
mendukung keadaan pasien.
B.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Proses keperawatan merupakan suatu metode yang digunakan
dalam pemberian asuhan keperawatan sebagai kerangka berpikir ilmiah untuk
melaksanakan fungsi dan tanggung jawab keperawatan secara mandiri. Proses
keperawatan merupakan alat untuk menjamin terlaksananya praktek keperawatan
yang sistematis dan ilmiah dalam rangka memenuhi kebutuhan klien untuk mencapai
dan mempertahankan keadaan bio-psiko-sosio-spiritual yang optimal melalui
tahapan yang ada.
Langkah atau tahapan proses keperawatan meliputi
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1.
Pangkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan membuat data dasar klien.kegiatan
utama dalam pengkajian adalah pengumpulan data, pengelompokan data, dan analisa
data. Metode pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik
serta diagnostik.
a.
Pengumpulan data
1)
Biodata
a)
Identitas klien;
nama, umur ,jenis kelamin, agama, alamat, suku.
b)
Identitas orangtua;
nama, umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan, pendidikan, alamat.
2)
Riwayat kesehatan
a)
Adanya infeksi
saluran pencernaan
b)
Gejala awal
biasanya demam, bersifat remitten disertai rasa sakit ulu hati, juga sering ditemukan
gangguan kesadaran.
3)
Riwayat kesehatan
sebelumnya
a)
Riwayat menderita
penyakit yang sama
b)
Riwayat alergi dan
ketergantungan obat
c)
Riwayat dirawat di
rumah sakit
4) Aspek-aspek lain yang berhubungan
misalnya : pola istirahat, aspek psikologis, sosial, dan spritual.
5) Pemeriksaan fisik :
a) Kesadaran umum : menurun.
b) Kepala : rambut mudah rontok, kotor
c) Sistem pencernaan
- Nafsu makan kurang
- Sakit pada ulu hati.
d) Sistem integument
- Kulit teraba panas
e) Aktifitas dan istirahat
- Lemah
- Mengurangi aktifitas
- Pembatasan aktifitas/bedrest.
f) Kecemasan
- Suhu badan meningkat 38,2 0 C.
- Wajah nampak meringis
g) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium : hasil widal (+), salmonella typosa, trombosit
2.
Diagnosa
keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan Menurut Doenges E. Marilynn
(2000) yang dapat ditegakkan dengan gangguan sistem
pencernaan pada kasus demam typoid,
a. Gangguan rasa nyaman panas berhubungan
dengan infeksi kuman salmonella.
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
c. Gangguan pola eliminasi bab (konstipasi)
berhubungan dengan pristaltic usus melemah.
d. Resiko terjadi komplikasi berhubungan
dengan infeksi saluran cerna.
e. Keterbatasan aktifitas berhubungan dengan
keharusan bedrest.
f. Resiko kurang cairan berhubungan dengan
panas yang tinggi dan evaporasi
g. Resiko terjadi gangguan integritas kulit
berhubungan dengan istirahat yang lama.
h. Gangguan pemenuhan personal higiene
berhubungan dengan bedrest.
i.
Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya.
3.
Perencanaan
Tahap
perencanaan memberi kesempatan kepada perawat, klien keluarga dan orang
terdekat klien untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna mengatasi
masalah klien. Perencanaan ini merupakan suatu petunjuk tertulis yang
menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap
klien sesuai kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan.
Adapun diagnosis keperawatan Menurut Doenges E. Marilynn
(2000) yang dapat ditegakkan pada gangguan sistem
pencernaan; typoid adalah:
a. Gangguan rasa nyaman panas berhubungan
dengan infeksi kuman salmonella yang menyebabkan suhu tubuh meningkat ditandai
dengan :
Tujuan : Klien merasa nyaman
Kriteria hasil :
1) Klien tidak panas
2) Kulit teraba hangat
3) Suhu badan normal 36,5 – 370 C
Intervensi :
1) Ukur tanda-tanda vital
Rasional :
Dengan mengukur suhu tubuh maka diketahui
perkembangan penyakit dan penentuan intervensi selanjutnya.
2) Beri kompres air hangat
Rasional :
Dengan kompres hangat maka akan
memberi/stimulus pada hipotalmus makan akan terjadi penguapan.
3) Beri minum air hangat
Rasional :
Untuk mempercepat terjadinya evaporasi.
4) HE pada klien untuk memakai pakaian yang
dapat menyerap keringat.
Rasional :
Supaya penguapan suhu tubuh lancar
sehingga suhu tubuh akan lebih cepat turun
5) penatalaksanaan pemberian antibiotik.
Rasional :
Antibiotik mampu membunuh kuman gram (-)
salmonella.
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan :
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan.
Kriteria hasil :
1. Nafsu makan baik
2. KU baik
3. Porsi makan tidak dihabiskan
4. Lidah tidak kotor
Intervensi :
1) Kaji pola makan klien
Rasional :
Dengan mengkaji pola makan klien maka
seorang perawat dapat mengetahui kebiasaan makan klien sehingga dapat
menentukan intervensi selanjutnya.
2) Beri bubur saring
Rasional :
Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi
hidup tubuh dan untuk menghindari komplikasi perdarahan usus.
3) Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.
Rasional :
Pemberian makanan sedikit tapi sering
dapat mengurangi kejenuhan klien dan memberi kesempatan pada usus untuk
mengabsorbsi makanan yang lebih banyak.
4) Jelaskan tentang pentingnya makanan untuk
proses penyembuhan.
Rasional :
Makanan penting untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi serta membantu proses penyembuhan.
c. Gangguan pola
eliminasi berhubungan dengan peristaltik usus menurun ditandai dengan :
Tujuan : Klien
dapat buang air besar secara teratur.
Intervensi :
1) Kaji pola
eliminasi klien.
2) Anjurkan banyak
minum air putih.
3) H.E klien untuk
untuk tidak menunda buang air besar.
d. Resiko terjadinya
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan :
- Peningkatan suhu
tubuh.
- Intake cairan
yang kurang ditandai dengan :
Tujuan : Tidak
terjadi kekurangan cairan.
Intervensi :
1) Catat intake dan
out put.
2) Observasio tanda
kekurangan cairan.
3) Anjurkan klien untuk
banyak minum 2-3 liter.
4) Koloborasi dengan
tim medis tentang pemberian infus.
e. Gangguan pemenuhan personal higiene
berhubungan dengan bedrest.
Tujuan : Kebutuhan personal hygiene terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Klien nampak bersih
2) Klien merasa segar
Intervensi :
1) Memandikan pasien
Rasional :
Dengan memandikan maka klien akan merasa
segar dan perasaan panas akan berkurang.
2) HE tentang pentingnya personal hygiene
Rasional :
Kebersihan diri sangat perlu bagi
kesehatan karena dapat mencegah terjadinya penyakit kulit (gatal).
f. Kecemasan berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan : Kecamasan akan teratasi atau berkuran
Kriteria hasil :
1) Ekspresi wajah tenang
2) Klien memahami dan mengerti tentang
penyakitnya.
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional :
Agar dapat mengetahui tingkat kecemasan
yang dirasakan oleh klien.
2) Beri kesempatan kepada klien
mengungkapkan perasaannya.
Rasional :
Klien akan merasa diperhatikan dan klien
akan terbuka untuk mengungkapkan perasaannya.
3) Dengarkan keluhan klien
Rasional :
Agar klien tidak merasa bahwa dirinya
diabaikan oleh keluarganya maupun oleh petugas kesehatan.
4) Beri informasi tentang penyakitnya.
Rasional :
Klien dan keluarga mengerti dan memahami
tentang kondisi penyakitnya.
5) Beri dorongan spiritual.
Rasional :
Klien akan merasa tenang karena selain
perawatan dan pengobatan masih ada lagi yang sangat berhak menentukan
kesembuhannya yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
4.
Pelaksanaan
Implementasi atau pelaksanaan adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan ke dalam bentuk tindakan keperawatan
guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5.
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi,2008, Konsep Dasar Keperawatan,
Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta.
Corwin,j. Elisabeth,
2009, Buku Saku
Patofisiologi, EGC, Jakarta.
Doenges, E.Marilynn, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, jilid 2, EGC, Jakarta.
Mansjoer Arif,dkk, 2008, Kapita Selekta
Kedokteran, edisi ketiga, jilid 1, cetakan VIII, Media aesculapius, Jakarta
Syaifuddin, Drs, AMK, 2006, Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi ketiga, EGC, Jakarta.
Sylvia A. Price,2006, Patofisiologi:
Konsep klinis proses-proses penyakit, Edisi 6, EGC, Jakarta.